SEJARAH GKI PARAKAN DAN SEKOLAH KRISTA CITRA
Kehadiran jemaat GKI Parakan di kota dingin yang berada dekat Gunung Sumbing
dan Gunung Sindoro ini, tidak bisa dilepaskan dari perjuangan seorang Pendeta
Gereja Gereformeed Belanda.bernama DS. Merkelijn. Kerja keras beliau yang tanpa
menyerah di kota yang terkenal dengan “emas hijau” ini (sebutan untuk daun
tembakau), tidaklah sia-sia.
Pada tahun 1921 Pendeta DS. Merkelijn
di Magelang bekerja sama dengan guru jemaat Dhiong Hong Sik memberitakan Injil
di Parakan. Melalui perkumpulan perumahan yang mereka adakan di keluarga Tjan
Sien Kie di jalan Gambiran Parakan, banyak WNI keturunan yang percaya kepada
Kristus. Dibukanya Hulp Hospital (sekarang Rumah Kristen Sakit Ngesti Waluyo)
pada 2 Agustus 1923 dan Christelijk Malaisch Chinese School (CMCS) di Jalan Sebokarang
pada tahun 1934, ikut mempengaruhi perkembangan pemberitaan Injil di kota
Parakan. Bertepatan dengan peresmian sekolah itu, dilakukanlah baptisan pertama
atas diri Sdr. Tjan Sien Kie sekeluarga, Ny. Tan Thong Gwan dan Ny. Botok.
Sekolah Kristen MCS dijadikan tempat kebaktian setiap hari Minggu dan
kegiatan-kegiatan gerejawi lainnya, yang dipimpin oleh Pendeta C. Van Nes,
Bapak R.M. Pringgo Soemarto (Kepala Sekolah MCS) dan Bapak Samuel.
Selama masa pendudukan Jepang (1942) kebaktian diadakan di
Jalan Tobongan (didepan Kantor Telekomunikasi) yang dipimpin oleh Liem Sang
Loen dari “Gereja Kabar Selamet”. Kemudian antara tahun 1947-1949 saat perang
kemerdekaan, karena situasi keamanan tidak menentu, maka kegiatan-kegiatan
gereja terhenti.
Pada tahun 1950 kegiatan-kegiatan gereja dimulai kembali dan
dilayani oleh Pendeta Liem Ek Tjiang (Irawan T. Salim) dari jemaat Tiong Hoa
Kie Tok Kauw Hwee/THKTKH (sekarang GKI Temanggung). Tahun itu juga “Parakan”
dijadikan Pos PI. Setelah Pendeta Liem Ek Tjiang menerima panggilan jemaat GKI
Blora (31 Maret 1952) pelayanan dilanjutkan oleh guru jemaat Oh Tjie Hap (Hadi
Nugroho), yang selanjutnya ditahbiskan sebagai Pendeta GKI Temanggung pada
tanggal 10 Nopember 1953.
Pada tahun 1956 dibentuklah Panitia GKI Parakan, yang
terdiri dari Pdt. Hadi Nugroho, The Thoan Kie dan Tan Hong Kiem serta beberapa
warga jemaat yang lain. Kebaktian dilaksanakan dengan menggunakan gudang
pinjaman dari Bapak Tjiong Thiam Lik, yang bertempat di jalan Ngadirejo. Tidak
beberapa lama kemudian berhasillah dibangun sebuah gedung sekolah Taman
Kanak-Kanak. Dengan didirikannya Sekolah Taman Kanak-Kanak ini pada tanggal 1
Agustus 1953 yang bernama Sekolah Kie Tok Kauw Hwee (sekarang sekolah Masehi),
seluruh kegiatan ibadah diadakan di sekolah tersebut. Sekolah ini terus
berkembang dengan ditambahkannya kelas-kelas untuk tingkat Sekolah Rakyat
(sekarang SD Masehi). Hubungan sekolah ini yang dikepalai oleh Liem Thiam Ik
dengan gereja berlangsung dengan harmonis, sehingga sekolah dan gereja bekerjasama
saling melayani.
Tahun-tahun berikutnya, dalam rentang waktu tahun 1965-1984
jemaat Parakan berkali-kali mengalami pergantian para pelayan Tuhan. Pergantian
itu disebabkan alasan “alamiah” (kesehatan dan pindah tempat pelayanan) dan
alasan “prinsipiil” (masalah pengajaran). Namun walaupun sering mengalami
pergantian para pelayan Tuhan, eksistensi jemaat tidaklah pudar, sebaliknya
diuji kemandiriannya dan kedewasaannya. Maka pada tanggal 3 Juni 1968
bertepatan dengan hari Pentakosta, diadakanlah Kebaktian Pendewasaan Jemaat GKI
Parakan dan peletakan batu pertama gedung gereja di Jalan Gambiran oleh Pdt.
Hadi Nugroho
Adapun para pelayan Tuhan yang pernah melayani dalam rentang
waktu tersebut antara lain:
(1) Khoe Kian Bo (Pdt J.S. Kristsuana) pada tanggal 1
Oktober 1965 – 27 Oktober 1967 (pindah GKI Kutoarjo). Pada masa ini kesadaran
dan kerinduan anggota jemaat untuk memiliki sebuah gedung gereja mulai
bertumbuh, dan direalisasikan dengan dibangunnya sebuah gedung gereja di Jl.
Gambiran.
(2) Ong Pik Tjoan (Rev. Barnabas Ong) pada tanggal 1 Mei
1971 – 1975 (pindah ke luar negeri). Pada masa ini Rev. Barnabas Ong
memrakarsai terbentukan gerakan oikumene, yang sekarang dikenal dengan nama
Persekutuan Umat Kristen Parakan (PUKP), yang anggotanya terdiri dari GKI
Parakan, GKJ Parakan, GPdI Parakan, dan gereja Katolik Parakan.
(3) Yusak Naftali (Oh Tjeng Hwat) tahun 1975 (pindah pada
tahun itu juga karena alasan kesehatan)
(4) Joko Sugiarto pada tahun 1976 – 2 September 1979 (pindah
ke Jemaat GKI Residen Sudirman Surabaya)
(5) Eko Pudjiono, 1 Maret 1981 -21 Agustus 1984 (diuraikan
jabatan kependetaannya karena masalah “pengajaran” berdasarkan keputusan
Persidangan Tertutup Klasis Khusus II GKI Klasis Magelang di GKI Temanggung
artikel 58). Adapun pengajaran yang menjadi penyebab sehingga diuraikannya
jabatan kependetaan Bapak Eko Pudjiono adalah masalah pengajaran okultisme
(pengusiran setan) dan eskatologi. (akhir zaman).
(6) Iman Santoso, Maret 1986 dan ditahbiskan menjadi pendeta
GKI Parakan pada tanggal 25 Juni 1987. Pada masa pelayanan beliau, dibangun dan
diresmikan gedung gereja di Jl. Bambu Runcing 19 tanggal 25 Desember 1997
Kemudian beliau dipanggil melayani di jemaat GKI Jendral Sudirman Salatiga pada
tanggal 25 Mei 1998.

Logo SDK-SMPK Krista Citra Parakan

Berlandaskan Visi “Mendidik siswa-siswi agar memiliki iman,
prestasi yang berlingkup global” dan Misi “Mendidik siswa secara holistik
berdasarkan nilai-nilai kristiani” diselaraskan dengan logo SDK-SMPK Krista
Citra seperti di bawah ini

Lingkaran melambangkan wawasan global
Salib melambangkan iman dan karakter Kristiani
Buku dan Pena melambangkan ilmu pengetahuan
Tahun 1953 melambangkan tahun berdirinya sekolah
Warna ungu melambangkan kemuliaan
Warna hijau melambangkan warna kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan
Warna putih melambangkan kesucian
Concordia Cum Imago Dei ungkapan bahasa latin yang berarti harmoni/selaras dengan citra (gambar/karakter) Kristus